Diberi Ruang

It is such a privilege, having warm and lovely parents. Ngga rusuh minta ini itu, ngga menuntut harus begini begitu. Ngga juga ngejar pengen tau keadaanku padahal mereka tau I’m really not in a good condition.

Cerita kalo udah bisa cerita, kami ngga akan tau kalo ngga dikasih tau” di awal, yang akhirnya membuatku bercerita dengan lancar. Tanpa emosi, tanpa deraian air mata yang sulit kukendalikan, ya, walaupun masih menetes sedikit.

Diakhiri dengan kalimat-kalimat sederhana namun begitu menenangkan, “Iya udah gpapa. Gpapa kalo masih belum tenang, nanti enakan kok.”

Begitu juga di lingkaran teman terdekat. Mereka ngga pernah melewatkan setiap update-ku di Instagram dan Twitter, ngga mungkin mereka ngga tau keadaanku. Hingga akhirnya aku yang membuka obrolan dengan “Aku kangen….”, dibalas “Sini.. Cerita kalau udah siap cerita. Buang, muntahkan aja semuanya. Kalau perlu nangis dan video call, kami siap kapanpun.” Aku disambut dengan pelukan hangat di chat. Rasanya begitu tenang seperti pulang ke rumah lalu berbaring di tempat tidurmu sendiri.

Mereka sengaja memberiku ruang untuk menangis dan menikmati dukaku saat itu. Mereka juga sengaja menyiapkan diri mereka kapanpun aku siap memuntahkan amarah dan juga kesedihanku. Mereka adalah bentuk lain rezeki yang Tuhan titipkan.

Bekasi, 7 September 2021

Published by

tiwultiwul

Pembaca buku, penikmat kopi dan udara hujan, perangkai aksara saat senang dan sedih, pengingat hal baik tentangmu

Leave a comment